MELAYANI DIRI SENDIRI ATAU
MELAYANI KRISTUS?
1 Ptr. 2:11-17
Pendahuluan:
Ada banyak orang Kristen yang merasa
sedang dan telah melayani Kristus. Namun sebenarnya mereka belum melayani
Kristus dalam hidupnya, mereka berpikir bahwa dengan pergi ke Gereja, memberi
persembahan, mengikut kegiatan-kegiatan ibadah sepanjang minggu berarti sudah
melayani Kristus. Memang hal-hal seperti itu tidak salah, malahan harus kita
lakukan, tetapi masalahnya melayani Kristus tidaklah cukup sampai di situ saja.
Ketika kita memutuskan
untuk melayani Kristus, berarti secara otomatis kita memposisikan diri menjadi
hamba, Kristus adalah tuan kita. Jika diri kita atau keegoisan masih menjadi
tuan dalam hidup kita, maka kita belumlah melayani Kristus, melainkan melayani
diri sendiri.
Seorang hamba adalah seorang yang berdedikasi
kepada orang lain, dia membaktikan hidupnya bagi kesejahteraan dan keperluan
orang lain. Jika kita melayani Kristus, berarti kita siap untuk membaktikan
hidup kita bagi hormat dan kemulian nama-Nya. Hamba itu tidak suka menuntut
hak-haknya, ia menerima yang diberikan kepadanya apa adanya.
Jika kita melayani Kristus maka mestinya
kita siap untuk tidak menuntut, seorang hamba itu tidak sombong, ia merasa
tidak perlu lagi mempertahankan reputasi, Kristus telah memberi kita teladan
akan hal-hal itu.
Dalam 1 Pet. 2:11-17, Paulus memberikan
nasihat-nasihat praktis dalam kehidupan seorang hamba Allah. Petrus memberi
peringatan pada orang-orang yang melayani Kristus dalam hidupnya.
I.
MILIKI CARA
HIDUP YANG BAIK (ay. 12)
Nasihat pertama yang Petrus sampaikan
berkenaan dengan cara hidup yang baik, cara hidup itu berhubungan dengan sikap,
perkataan-perkataan kita, pemikiran-pemikiran kita dan lain-lain. Pertus
menulis surat ini untuk orang-orang percaya yang tersebar di daerah Asia kecil,
mereka disebut pendatang dan perantau (1:1).
Sejenak Petrus mengesampingkan posisi
orang percaya sebagai imamat yang kudus dan mengingatkan posisi mereka sebagai
orang asing. Kita memang orang asing di dunia ini, karena kewarganegaraan kita
adalah di dalam surga.
Meskipun orang percaya adalah umat
pilihan Allah, namun di dunia ini hidup di tengah kebanyakan orang yang tidak
mengenal Allah yang cenderung untuk memfitnah mereka sebagai orang durjana.
Dengan kondisi seperti itulah maka penting bagi kita untuk memiliki cara hidup
yang baik, cara hidup yang baik dalam bagian selanjutnya disebut sebagai
perbuatan-perbuatan baik.
Orang percaya selalu mendapat perlawanan
dari orang yang tidak percaya. Mereka hendak dimusuhi dan hendak dibinasakan,
Petrus tahu bahwa satu-satunya jawaban terhadap mereka adalah dengan memiliki
cara hidup yang baik. Cara hidup yang baik membuat orang yang memusuhi mau tak
mau akan mengeluarkan pujian (ay. 15).
Saudara-saudara yang kekasih, jika kita
melakukan perbuatan-perbuatan baik maka bukan saja kita dipuji orang, tetapi
orang lain pasti akan memuji dan memuliakan Allah. Bukankah sebagai orang yang melayani
Kristus, yang kita rindukan adalah tuan kita yaitu Kristus dipuji dan
dimuliakan?
Dengan memiliki cara hidup yang baik
berarti kita melayani Kristus, tuan dan raja kita untuk selama-lamanya. Di mana
pun saudara berada hiduplah menurut aturan-aturan yang ada di tempat tersebut
sesuai dengan Firman Tuhan. Jangan memandang orang lain, bahkan orang percaya
sekalipun yang ikut-ikutan mempunyai cara hidup yang tidak berkenan dengan
Allah.
II.
MILIKI KETUNDUKKAN
(ay. 13-14)
Nasihat kedua yang Petrus sampaikan
adalah masalah ketundukan, tunduk tentu saja bukan topik yang menarik bagi
kebanyakan orang yang lebih suka mencari kesenangan pribadi.
Tunduk bukanlah berarti perbudakan
ataupun penaklukkan, tetapi semata-mata merupakan pengakuan atas wewenang Allah
dalam hidup kita. Allah telah mendirikan lembaga-lembaga seperti keluarga,
pemerintah dan jemaat. Kita semua nanti akan menjalankan wewenang, tapi sebelum
itu kita harus berada di bawah wewenang.
Iblis menawarkan kebebasan wewenang
kepada nenek moyang kita yang mula-mula dan akibatnya mereka kehilangan
kebebasan dan wewenang itu sendiri. Anak yang hilang mendapatkan kembali
kebebasannya ketika ia menyerahkan diri kepada kehendak ayahnya.
Dalam ay. 13 Petrus mengatakan bahwa
kita harus tunduk pada lembaga-lembaga yang ada, dalam hal ini pemerintahan.
Dalam perikop ini dibahas ketundukan kita sebagai warga negara. Ay. 18-25
dibahas ketundukan kita sebagai hamba, pasal 3:1-7 dibahas ketundukkan kita
sebagai pasangan dalam pernikahan dan 3:8-12 ketundukan kita sebagai anggota
jemaat.
Ilustrasi: Dalam pertandingan bola, apa jadinya
jika para pemain tidak tunduk pada wasit? Tentu pertandingannya akan menjadi
kacau.
Tunduk
merupakan kewajiban, ay. 13 adalah kalimat perintah, jadi tunduk merupakan
keharusan dan bukan kalau rela saja.
III.
MILIKI
KEMERDEKAAN DALAM HIDUP (ay. 16)
Nasihat
ketiga ini sepertinya bertentangan dengan yang kedua tadi.
Yang Petrus maksudkan adalah bahwa
supaya kita jangan diperhamba lagi oleh hal-hal lain selain Kristus. Jika kita melayani
Kristus, berarti hanya Kristus yang berhak memerintah hidup kita.
Banyak orang merasa telah melayani
Kristus, namun hidupnya masih diperhamba hal-hal lain. Misalnya: kemabukkan
atau kecanduan, pesta pora, amarah, kebencian, iri hati, cemburu, fitnah dan
macam-macam kejahatan lain. Memang seringkali kita tidak menyadari hal ini,
kadangkala kita menjadi serakah atau tamak, tapi tidak menyadari hal itu. Dalam
Kol. 3:5, keserakan itu disebut sebagai penyembahan berhala. Orang serakah
selalu berusaha untuk memiliki segala sesuatu, dia cenderung menjadi kikir.
Orang serakah sulit untuk memberi dan mendukung pekerjaan Tuhan dengan apa yang
ia miliki.
Penerapan: Jika saudara memiliki kerinduan untuk
melayani, janganlah keserakahan memperhamba saudara. Dukunglah pekerjaan Tuhan
dengan apa yang Anda miliki (kaitkan dengan presentasi kegiatan pembangunan GKI
Pos PI Lik Bumi Roviga).
Penutup: Paulus merangkumkan nasihatnya dalam
ay. 17 jika kita berkata “saya mau melayani Kristus dan bahkan melayani diri
sendiri” maka mestinya kita memiliki keteladanan atau cara hidup yang baik,
ketundukan pada lembaga-lembaga yang dipercaya Allah (negara, Gereja, keluarga)
dan jangan biarkan dirimu diperhamba hal-hal lain di luar Kristus.
MENANGGUNG PENDERITAAN SECARA
BENAR
1 Ptr. 4:12-19
Pendahuluan:
Hidup
kita tidak pernah lepas dari penderitaan dan pergumulan, banyak hal yang
menyebabkan seseorang menderita, misalnya ada orang yang sangat dekat dengan
kita meninggal, mungkin akibat kurangnya keharmonisan dalam rumah tangga
sehingga seseorang menderita, masalah keuangan, gangguan kesehatan atau
hal-ahal yang lain. Apa kata Alkitab mengenai penderitaan:
1.
Umat
Kristen diharapkan merasakan penderitaan (Yoh. 15:18-21, 17:14).
2.
Penderitaan
juga merupakan kehendak Allah bagi kita (1 Ptr. 4:16).
3.
Penderitaan
yang dialami anak Allah mempunyai suatu tujuan (1 Ptr. 1:6-7).
4.
Kita
harus menderita demi kebenaran (1 Ptr. 4:15).
5.
Tuhan
memberkati penderitaan yang benar (Mat. 5:10-12; Luk. 6:22-23).
6.
Kita
harus mengikuti teladan yang diberikan Yesus (1 Ptr. 2:19-25).
7.
Kita
harus berprilaku yang sama seperti Yesus Kristus pada saat mengalami
penderitaan (Mat. 5:38-48; Rm. 12:14).
Penderitaan
adalah bahagian dari kehidupan orang percaya sejati, penderitaan adalah hal-hal
yang lumrah. Dalam pembacaan Alkitab kali ini kita akan melihat hal-hal positif
dalam menghadapi penderitaan, menanggapi penderitaan secara benar. Kita dapat
melalui pergumulan-pergumulan hidup dengan optimis apabila memiliki pemahaman
benar soal penderitaan dan pergumulan itu sendiri.
3
hakikat dari suatu penderitaan:
I.
PENDERITAAN
ADALAH SUATU KENYATAAN (SESUATU YANG REAL) ay. 12
Konteks firman Tuhan ini tidak sedang
berbicara soal penderitaan dalam arti umum, pemikiran yang tidak benar mengenai
penderitaan, ketakutan yang tidak berdasar mengenai penderitaan. Sebab bacaan
firman Tuhan ini sedang membahas soal nyala api siksaan yang sedang dikobarkan
oleh Kaisar Nero.
Banyak orang percaya yang mati syahid
dengan pergumulan atau penderitaan yang sangat berat, banyak wanita yang
menjadi janda, anak-anak jadi yatim piatu dan banyak orang percaya yang hidup
dalam tekanan karena dikejar-kejar untuk disiksa dan kemudian dibunuh.
Firman Tuhan menasehatkan “jangan kamu
heran” maksudnya tanggapilah penderitaan itu sebagai suatu fakta, suatu
kenyataan yang benar-benar sudah terjadi “seolah-olah ada sesuatu yang luar
biasa (ay. 12b).” Itu berarti harus dipahami bahwa pergumulan atau
penderitaan sebenarnya hal biasa karena memang ada suatu fakta.
Seseorang harus menyadari bahwa
penderitaan karena kebenaran yang menyebabkan kita mati itu sebagai suatu
kenyataan dan bahagian dari kehidupan, itulah yang membuat kita tidak akan
hanyut dengan keadaan (bersedih, tertekan dan putus asa), tetapi akan menghadapi
kehidupan ini dengan tegar dan siap berjuang terus.
Sebuah kesaksian yang luar biasa melalui
penderitaan yang dialami oleh seorang martir bernama Policarpus, seorang uskup
dari Smirna yang meninggal 115 M, dia adalah murid rasul Yohanes, dia sangat tua
menghadapi kematiannya. Pada saat Proconsul memerintahkannya untuk menarik
ucapan dan mengutuki Kristus dia berkata “sudah delapan puluh enam tahun aku melayani-Nya
dan Dia tidak pernah melakukan yang jahat terhadapku, lalu bagaimana mungkin
aku menghujat Raja yang menyelamatkanku,” tiga hari sebelum kematiannya dia
bermimpi dan menyimpulkan, aku akan mati dan dibakar hidup-hidup. Dibakar dalam
api, tetapi dia tidak terbakar dan akhirnya para algojo melemparkan pisau dan
menancap ketubuhnya.
Oleh sebab itu kita harus menanggapi
bahwa penderitaan itu sebagai suatu fakta maka kita harus menyadari bahwa kita
harus siap menghadapinya.
II.
PENDERITAAN
ADALAH SUATU MOTIVASI UNTUK BERSUKACITA SECARA MURNI (ay. 13)
Sukacita yang dimaksud di sini adalah
bersyukur karena mendapat bagian untuk menderita, maksudnya menjadikan
penderitaan yang ada untuk menciptakan suatu sukacita yang murni yang diperoleh
hanya dari Allah dalam Tuhan Yesus (Mat. 11:28-30), dalam Flp. 1:12-26,
sukacita yang luar biasa karena Paulus menderita karena kebenaran, senyum
seorang bang napi. Tuhan Yesus menawarkan kelegaan, ketenangan dan keringanan
atas beban yang kita pikul.
Sukacita ini juga diperoleh karena
kemuliaan yang akan diterima pada waktu kedatangan Kristus yang kedua kali,
memahami bahwa penderitaan dapat merupakan motivasi untuk bersukacita secara
murni, karena banyak orang hanya mampu bersukacita dan bersyukur untuk hal-hal
yang menyenangkan saja. Seberapa pun beratnya pergumulan kita, apabila kita
datang berserah kepada-Nya, maka kita akan mampu bersyukur dan beroleh
ketenangan.
Penderitaan yang kita alami tidaklah
sebanding dengan kemuliaan yang akan kita terima nantinya, penderitaan
merupakan jalan menuju pembersihan dan pemurniaan, hanya dengan kasih karunia
Allah saja seseorang dapat dimurnikan. Juga melalui penderitaan menyebabkan
kita mengenal diri kita lebih lagi, penderitaan menyadarkan kita untuk mengerti
bahwa sesuatu tidak dapat dikerjakan dan diselesaikan dengan kekuatan sendiri,
melalui penderitaan kita belajar bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.
III.
PENDERITAAN
ADALAH SUATU KEBANGGAN (ay. 15-16)
Ay. 16 berkata jangan malu, tentunya
kita tidak merasa bangga karena pergumulan dan penderitaan yang kita alami dan
hadapi. Yang dimaksud dengan penderitaan atau pergumulan sebagai suatu
kebanggan yaitu karena kita percaya Allah pada saat kita mengalaminya, dan Dia
adalah Allah yang tidak pernah tinggal diam, wujud dari rasa bangga kita adalah
bukan merasa gembira dan berpesta tetapi dalam pergumulan kita terus memuliakan
Allah dalam Kristus Yesus (ay. 16), dan menguji iman kita apakah kita akan meninggalkan
iman kita atau tidak.
GAMBARAN TENTANG PELAYANAN PARA
HAMBA TUHAN
1 Ptr. 5:1-11
Pendahuluan:
·
Pertama
yang harus kita pahami adalah siapa pelayan Tuhan itu? Pelayan Tuhan adalah
pribadi yang memberikan respon terhadap kasih Allah, yang sudah bertobat dan
lahir baru. Pelayan adalah orang yang tahu apa yang majikannya inginkan,
kemudian ia pergi melakukannya.
·
Tuhan
yang menetapkan secara pribadi untuk menjadi pelayan-Nya, bukan karena sudah
tidak ada pekerjaan lain baru jadi hamba Tuhan. Hamba Tuhan adalah seorang abdi
yang mengabdi.
·
Bicara
pelayanan berbicara tentang life style, karakter, kehidupan, tantangan hamba
Tuhan, dan lain-lain. Banyak asumsi orang tentang hamba Tuhan, ada orang yang
berkata dia adalah orang yang baju rapi, suka berdoa, wibawa, pengkhotbah, mari
kita pahami apa kata Alkitab.
Gambaran
pelayanan hamba Tuhan:
I.
MELAYANI DENGAN
RELA (ay. 2a)
Melayani dengan rela artinya jangan
dengan paksa atau terpaksa (ada yang melayani karena dipaksa-paksa, karena
tidak ada yang lain). Situasi pada saat itu sangat tidak bersahabat dengan
orang-orang Kristen apalagi dengan para penatua atau pemimpin. Kaisar Nero
sedang mengobarkan api kebencian terhadap orang-orang percaya sehingga mereka,
menjadi bahan ejekan, fitnahan dan sasaran kebencian juga kemarahan.
Terjemahan
lain: Jagailah mereka dengan rela hati
bukan dengan bersungut-sungut.
Melayani di ladang Tuhan itu sulit,
penuh tantangan dan marah bahaya, bahkan nyawa bisa hilang, tetapi seorang
hamba Tuhan akan menunaikan tugas pelayanan itu dengan rela hati tanpa
sungutan.
Dengan sukarela berarti dengan ikhlas
atau dengan hati yang bersih, melayani dengan kerelaan itu tidak dibatasi oleh
rasa segan, tetapi dengan penuh rasa tanggung-jawab. Seperti cara Allah dalam
Kristus Yesus yaitu memberikan nyawa bagi domba-dombaNya, itu sebabnya melayani
dengan rela berarti ada pengorbanan waktu, tenaga, harta, bahkan diri kita
supaya kebutuhan rohani umat terpenuhi, terjamin dan terpelihara (biasanya
korban perasaan), yang menjadi dasar kerelaan untuk melayani adalah kasih Tuhan
yang harus dimanifestasikan.
II.
MELAYANI DENGAN
SUNGGUH-SUNGGUH (ay. 28)
Melayani
dengan sungguh-sungguh artinya tidak setengah-setengah atau total, kapasitas
yang diberikan Tuhan kita pakai secara maksimal, ada dua sikap seseorang yang
melayani dengan kesungguhan:
1.
Jangan
karena mau mencari keuntungan, bukan karena hasil yang akan diperoleh.
2.
Pengabdian
diri, tidak mencari hormat yang sia-sia, tidak mencari keuntungan materi
finansial.
Melayani
bukan karena mau mencari kesempatan memperoleh keuntungan diri sendiri. Seorang
hamba Tuhan sangat menyadari bahwa pelayanan adalah PENGABDIAN, hamba Tuhan
sama dengan Abdi yang tugasnya adalah melayani. Itulah sebabnya seorang hamba
Tuhan harus melayani dengan tanggung-jawab dan penuh dengan dedikasi, yang
dilakukan dengan tujuan suci yaitu berkorban.
III.
MELAYANI DENGAN
RENDAH HATI (ay. 3-6)
Baca ay. 3, seolah-olah kamu mau
memerintah (menguasai) atas mereka, dengan memerintah akan timbul pemisahan dan
memberi kesan bahwa yang memerintah lebih tinggi dari yang dipertintah. Dari
pada bersikap memerintah, Petrus memberi saran untuk menjadi teladan (berkat) bagi
kawasan domba itu, itu akan menjadi terwujud apabila memiliki kerendahan hati.
Penerapan:
Kita sering dengar hamba Tuhan berkata
“kalau bukan saya, semua ini tidak akan terjadi,” seolah-olah karena dialah
semua ini terjadi. Barangkali hamba Tuhan demikian sudah lupa siapa dirinya?
Dan siapa tuan yang dilayaninya? Yesus Kristus adalah tuan kita dan
kepadaNyalah kita mengabdi, melayani dengan segenap hati, sehingga pujian harus
jatuh kepada Yesus dan bukan kita. Dia semakin bertambah dan kita semakin berkurang,
dijauhkannyalah kiranya kita mencari kemuliaan dan hormat yang seharusnya untuk
Tuhan kita.
Petrus menasehatkan sikap rendah hati ditujukan
kepada para domba (orang sekitar kita), terhadap yang tua, sikap seorang hamba
terhadap Tuhan (ay. 6).
IV.
MELAYANI DENGAN
IMAN (ay. 7)
Tidak dihalangi oleh kekuatiran akan
kebutuhan hidup, menyerahkan kekuatiran kepada Tuhan, iman diperlukan pada
permulaan perjalanan kristiani kita, kita datang pada Tuhan dengan tujuan. Kita
percaya dengan iman, itu artinya percaya dengan segenap hati, meyakini bahwa
Tuhan memelihara dan memperhatikan segala kebutuhan kita.
V.
MELAYANI DENGAN
PENUH KEWASPADAAN (ay. 8-11)
Sadar akan perjuangan atau peperangan
iman kita melawan Iblis, berjaga-jaga (selalu siap menghadapi) lawan dengan
kuasa Allah, jaminannya ay. 10-11. Banyak hamba Tuhan jatuh dengan 3 Ta (harta,
tahta, wanita), saya banyak mendengar hamba Tuhan besar jatuh karena wanita
(jatuh dalam pimrab, hasrat dan tindakan). Terombang-ambing oleh rupa-rupa
pengajaran sesat, mengembangkan teologia-teologia sumbang atau sesat.
Contoh: Pendeta pukul
jemaat, antar hamba Tuhan berkelahi.
MENJELANG ZAMAN AKHIR
2 Ptr. 3:10-15
Pendahuluan:
·
Respon
masyarakat terhadap buku atau film hati kiamat 2012, penulis buku ini adalah
Lawrence E. Joseph mengemukakan data-data berdasarkan penelitiannya selama
kurang lebih 15 bulan tentang penanggalan suku Maya atau astronomi bangsa
Mayakuna.
·
Pemahaman
tentang adanya hari akhir atau kiamat atau kesudahan zaman merupakan pemahaman
hampir semua manusia di dunia ini.
Alkitab memaparkan juga tentang hari
akhir itu, pembahasan ini (eskatologi) sangat panjang dan lengkap dalam
Alkitab.
Hari akhir atau hari Tuhan:
Parousia artinya berada atau hadir.
Epifani artinya penyataan.
Apokalupsis artinya membuka selubung.
Itu pasti akan terjadi.
·
Baca:
2 Ptr. 3:10-15
Ay. 10, akan tiba seperti pencuri (hal
ini dikatakan dalam beberapa bagian Alkitab seperti Matius, Lukas, 1
Tesalonika, Wahyu dan lain-lain). Maksudnya artinya tidak dapat diduga atau disangka.
·
Hari
itu sangat dasyat dan segala sesuatu hancur, memang malapetaka itu tidak akan
menimpa kita karena sebelum tiba hari itu, Kristus telah menjemput kita untuk
di bawa di awan-awan. Persoalannya bukan kapan kiamat itu akan terjadi, tapi
apa yang harus kita lakukan? (Flp. 3:20-21), kita sedang menanti (looking
forward yang artinya menyambut, dalam bahasa Yunaninya dipakai kata apodekhometa).
I.
MILIKI HIDUP
YANG KUDUS (c. f: 1 Tes. 4)
·
Keselamatan
adalah anugerah, Hidup kudus adalah pilihan kita atau keputusan kita
·
Nasihat
itu banyak ditulis oleh Paulus dalam surat-suratnya
Perhatikan kata “berusahalah”
menggunakan kala aoris aktif imperatif yang artinya mulailah.
Kuduslah kamu sebab Aku kudus
·
Allah
memanggil kita bukan untuk melakukan yang cemar
1 Tes 4:
Dalam pernikahan (ay. 3-5) yaitu
menjauhi percabulan.
Dalam hubungan dengan sesama (ay. 6)
yaitu jangan memperdayakan orang lain
Sopan (ay. 12)
Yang benar, mulia, adil, suci, manis,
sedap didengar, kebajikan (Flp. 4:8)
Hidup kudus artinya terpisah dari sistem
dunia (c. f: Israel dan Ef. 5:3).
II.
MILIKILAH
HUBUNGAN YANG BAIK DENGAN TUHAN
·
.
. . dalam perdamaian dengan Dia.
BIS: dan
peliharalah hubungan yang baik dengan Allah.
·
Banyak
orang di luar Yesus juga mengupayakan hidup kudus, menjauhi dosa dan mencoba
mengikuti perintah Tuhan, tetapi tanpa mengenal Yesus.
Ilustrasi: Respon terhadap kiamat 2012, banyak
wanita Muslim mulai berjilbab dan berbuat baik.
·
Yes.
59, buanglah dosa, karena dosa itu yang memisahkan hubungan manusia dengan
Tuhan.
Ilustrasi: Buang tugas
orang yang tidak dikenal atau tidak ada dalam daftar.
Penerapan: Sebenarnya bukan soal hidup kudus atau
tidak, tetapi apakah sungguh kita sudah mengenal dan dikenal Allah atau adakah
kita punya hubungan baik dengan Dia.
III.
MILIKILAH HIKMAT
DALAM MEMANFAATKAN WAKTU (ay. 15)
·
Hikmat
sama dengan bijaksana
·
Berbagai
cara orang dalam mengisi waktu yang ada: c. f: Ef. 5:16
Ada yang tidak bijaksana
Ada yang bijaksana
·
Respon
terhadap “mumpung.”
Makasih sudah disetujui komen saya. Infokan saya bila anda berkenan untuk tukar link. Terima kasih lagi sebelumnya. Pantaskah Diri Anda Sendiri Melayani Tuhan?
BalasHapussaya sangat di berkati dengan melalui renungan ini. terimakasih atas pelayananya. Tuhan Yesus memberkati..
BalasHapus